DALAM sebuah pidatonya yang cukup fenomenal dan direkam oleh tinta
sejarah perjuangan bangsa Indonesia Bung Karno sang Tokoh Proklamator RI
pernah mengatakan “ Bawakan saya sepuluh orang pemuda niscaya saya akan
mampu menggoncangkan dunia “
Munculnya harapan terkait tokoh muda untuk memegang tongkat kepemimpinan
tidak terlepas dari adanya isu pembahuruan. Sepertinya masyarakat sudah
jenuh dengan figure lama (status quo). Mereka merasa pergantian
pemimpin dari tahun ke tahun sudah jumud dan membosankan, mereka butuh
penyegaran. Kejenuhan ini memutar orentasi kepercayaan mereka untuk
mencoba mencari pemimpin alternative. Disaat yang tepat munculah tokoh
muda yang enerjik yang akhirnya menjadi tempat berlabuh harapan dan
mimpi besar akan perubahan. Pemimpin muda yang enerjik tidak akan pernah
muncul tanpa adanya ruang dan kesempatan yang panjang yang diberikan
kepada tokoh muda.
Banyak wacana yang mempertanyakan kepemimpinan generasi muda terkait
kemampuan mereka. Argumentasi yang sering dipakai adalah kalau figur
lama saja belum mampu menyelesaikan masalah yang pelik apalagi mereka
yang masih miskin pengalaman dan baru saja menjadi pemimpin. Namun
demikian tidaklah arif, sekiranya wacana itu justru berputar lebih
kencang, dari pada pemberian kesempatan dan dukungan pada generasi muda
itu sendiri untuk membangun dan memimpin. Pemberian kesempatan adalah
solusi yang tepat dan patut dilakukan sebagai upaya bersama membangun
motivasi tokoh muda, untuk berkarya dari pada debat kusir masalah
kemampuan yang tak lebih justru malah menjatuhkan mental dan menteror
generasi muda secara psikologis.
Kesadaran akan perlunya daerah dan bangsa ini mulai percaya dan memberi
kesempatan tokoh muda untuk memimpin harus mulai dibangun. Pemuda harus
diberikan kesempatan dalam merealisasikan idealismenya terhadap
perbaikan lingkungan strategis yang melingkupinya. Dan disinilah peran
nyata tokoh muda sebagai agen perubahan social. Selama yang ini terjadi
adalah munculnya psimisme pada tataran elit lama akan kemampuan
kepemimipinan muda. Jadi, persoalanya bukan pada masalah kemampuan dan
keunggulan dari tokoh muda untuk memimpin. Namun, lebih dari pada tidak
diberikannya pilihan yang luas kepada public secara konsisten untuk
memilih tokoh muda sebagai pemimpin. Untuk menjawab teka-teki dari
generasi status quo, pemuda harus mampu memberikan jawaban empiris
intellectual secara rill. Pemuda harus mampu menjadi dinamiator di
tengah masyarakat dan menjadi motivator bago orang-orang disekitarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar