Kamis, 16 Februari 2012

Pilihan Untuk Perubahan

MENARIK untuk sedikit membuat catatan kecil atas comment teman-teman di Facebok atas catatan saya tentang “Regenerasi Kepemimpinan”. Dari semua komentar yang ada, sampai pada kesimpulan bahwa anak-anak muda sekarang saatnya untuk mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan dari generasi tua. Diskusinya justru akan semakin menarik, kalau ia di bumbui dengan pertanyaan, metode apakah yang paling efektif untuk mengambil alih kepemimpinan itu ?. Apakah dengan pendekatan Revolusi, Reformasi ataukah Partisipasi?  Coba kita sedikit elaborasi ketiga pendekatan di atas.

Pertama Revolusi, kita memahami bahwa Revolusi adalah metode yang paling ekstrim untuk mengambil alih kekuasaan, lalu kemudian menggantikannya dengan generasi baru. Revolusi selalu di hubungkan dengan genangan darah dan air mata. Masih segar dalam ingatan kita, Revolusi-revolusi yang terjadi Timur Tengah Seperti Mesir, Libya, Suriah saat sekarang, selalu menghadirkan ratusan bahkan ribuan korban rakyat jelata. Kalau saja jalur revolusi yang di tempuh anak-anak muda, maka resistensinya akan sangat berat. Sementara pada saat yang sama anak-anak muda ingin mengambil alih kekuasaan dengan cara-cara yang elegan, legal dan konstitusional. Lalu, adakah revolusi yang ideal, yang tidak mendatangkan korban jiwa? Jawabanya ada, yaitu Revolusi intelektual. Sebuah gerakan “pemberontakan intelektual” dari anak-anak muda melihat realitas kepemimpinan yang tidak berjalan dengan baik. Maka saat ini, anak-anak muda tampil ke etalase publik dengan membawa inovasi ide, gagasan, dan pikiran yang genial. Anak-anak muda harus mampu berpikir jauh kedepan melebihi usia biolgis mereka.

Kedua Reformasi, ia adalah sebuah gerakan perubahan yang  menginginkan perubahan sistem pengelolaan negara dari otoriter menjadi demokratis, dari sistem yang membungkam suara rakyat menjadi terbuka untuk melakukan ekspresi pendapat. Meraka muak dengan realitas yang ada, lalu kemudian secara sistemastis mereka bergerak di luar ring kekuasaan untuk melakukan perubahan. Sejarah telah mencatat peran anak-anak muda dalam reformasi.  Jika generasi 98 berhasil menumbangkan orde baru, maka generasi 66 berhasil mengakhiri orde lama. Dan begitu kita menyusuri sejarah bangsa ini lebih jauh, kita akan bertemu dengan generasi 45 yang mempelopori perjuangan kemerdekaan, lebih jauh kebelakang, ada generasi 28 yang mempelopori persatuan nasional dengan sumpah pemudanya. Kalau anak-anak muda diatas, sudah menunaikan tugas sejarahnya dengan baik, lalu bagaimana dengan anak-anak muda sekarang?

Ketiga partisipasi, kalau reformasi berjuang dan bergerak di luar ring kekuasaan, maka model gerakan partisipasi adalah sebuah gerakan yang merangsek dan masuk dalam lingkaran kekuasaan dengan cara-cara yang elegan, legal dan konstitusional untuk merubah pola, sistem yang tidak sehat. Disnilah anak-anak muda berkreasi,berkarya dan memimpin. Keberadaan anak-anak muda dalam lingkaran kekuasaan diharapkan mampu membangun sistem, regulasi, kebijakan yang sehat dan berpihak kepada rakyat banyak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar