MENARIK untuk sedikit membuat catatan kecil atas comment
teman-teman di Facebok atas catatan saya tentang “Regenerasi Kepemimpinan”.
Dari semua komentar yang ada, sampai pada kesimpulan bahwa anak-anak muda sekarang
saatnya untuk mengambil alih tongkat estafet kepemimpinan dari generasi tua.
Diskusinya justru akan semakin menarik, kalau ia di bumbui dengan pertanyaan,
metode apakah yang paling efektif untuk mengambil alih kepemimpinan itu ?.
Apakah dengan pendekatan Revolusi, Reformasi ataukah Partisipasi? Coba kita sedikit elaborasi ketiga pendekatan
di atas.
Pertama Revolusi, kita memahami bahwa Revolusi adalah metode
yang paling ekstrim untuk mengambil alih kekuasaan, lalu kemudian
menggantikannya dengan generasi baru. Revolusi selalu di hubungkan dengan genangan
darah dan air mata. Masih segar dalam ingatan kita, Revolusi-revolusi yang
terjadi Timur Tengah Seperti Mesir, Libya, Suriah saat sekarang, selalu
menghadirkan ratusan bahkan ribuan korban rakyat jelata. Kalau saja jalur
revolusi yang di tempuh anak-anak muda, maka resistensinya akan sangat berat. Sementara
pada saat yang sama anak-anak muda ingin mengambil alih kekuasaan dengan
cara-cara yang elegan, legal dan konstitusional. Lalu, adakah revolusi yang
ideal, yang tidak mendatangkan korban jiwa? Jawabanya ada, yaitu Revolusi
intelektual. Sebuah gerakan “pemberontakan intelektual” dari anak-anak muda
melihat realitas kepemimpinan yang tidak berjalan dengan baik. Maka saat ini,
anak-anak muda tampil ke etalase publik dengan membawa inovasi ide, gagasan,
dan pikiran yang genial. Anak-anak muda harus mampu berpikir jauh kedepan
melebihi usia biolgis mereka.
Kedua Reformasi, ia adalah sebuah gerakan perubahan yang menginginkan perubahan sistem pengelolaan
negara dari otoriter menjadi demokratis, dari sistem yang membungkam suara
rakyat menjadi terbuka untuk melakukan ekspresi pendapat. Meraka muak dengan
realitas yang ada, lalu kemudian secara sistemastis mereka bergerak di luar
ring kekuasaan untuk melakukan perubahan. Sejarah telah mencatat peran
anak-anak muda dalam reformasi. Jika generasi
98 berhasil menumbangkan orde baru, maka generasi 66 berhasil mengakhiri orde
lama. Dan begitu kita menyusuri sejarah bangsa ini lebih jauh, kita akan
bertemu dengan generasi 45 yang mempelopori perjuangan kemerdekaan, lebih jauh
kebelakang, ada generasi 28 yang mempelopori persatuan nasional dengan sumpah
pemudanya. Kalau anak-anak muda diatas, sudah menunaikan tugas sejarahnya
dengan baik, lalu bagaimana dengan anak-anak muda sekarang?
Ketiga partisipasi, kalau reformasi berjuang dan bergerak di
luar ring kekuasaan, maka model gerakan partisipasi adalah sebuah gerakan yang
merangsek dan masuk dalam lingkaran kekuasaan dengan cara-cara yang elegan,
legal dan konstitusional untuk merubah pola, sistem yang tidak sehat. Disnilah
anak-anak muda berkreasi,berkarya dan memimpin. Keberadaan anak-anak muda dalam
lingkaran kekuasaan diharapkan mampu membangun sistem, regulasi, kebijakan yang
sehat dan berpihak kepada rakyat banyak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar