Mungkin ceritanya sedikit berbeda, jika anak-anak muda
sekarang gemar membaca, suka diskusi, dan pandai meracik ide dan gagasannya
dalam bentuk tulisan. Ia tidak hanya memperkuat idealismenya dengan membaca,
diskusi dan menulis, tapi pada saat yang sama ia juga taat ibadah, dan ia mampu
menghadirkan Tuhan dalam setiap detak nafas kehidupannya. Kita bisa bayangkan
bahwa pemimpin masa depan adalah pemimpin yang memiliki idealisme yang tinggi,
memliki visi yang kuat. Dan nilai-nilai universal kebaikan terintegrasi dalam
dirinya, karena ia yakin dan sadar bahwa semua aktifitas kepemimpinannya, tidak hanya di pertanggungjawabkan terhadap sesama, tapi ia juga sadar bahwa seluruh
aktifitas kepemimpinannya akan di peretanggunjawaban di hadapan
pengadilan Tuhan kelak di hari pembalasan, akhirat.
Memperkuat kapasitas diri dengan banyak membaca, diskusi dan
menulis mungkin sesuatu yang patut dan harus di lakukan bagi calon pemimpin
masa depan, ia harus terlibat aktif dalam berbagai aktifitas kemasyarakatan.
Karena di sinilah ia mencoba untuk belajar menyapa masyarakat dengan realita
intelektualnya, bukan dengan idealita intelektualnya. Keterlibatanya dalam
berbagi aktifitas kemasyarakatan juga akan menumbuhkan sikap empati terhadap
sesama. Aktif dalam berbagai organisasi kemasyarakatan merupakan cara paling
efektif untuk menjauhkan diri dari sikap ego pribadi, sehingga ia bisa menghargai pandangan, ide, gagasan dan pendapat orang lain dengan bijak.
Kemampuan manajerial juga bisa diasah dan diperoleh dengan berkecimpung diri
dalam organisasi.
Saya, dan kita semua (khususnya anak-anak muda) mempunyai
peluang yang sama untuk menjadi pemimpin masa depan. Tapi, pertanyaanya
kemudian adalah apakah kita memiliki kualifikasi-kualifiaski standar sebagai
calon pemimpin masa depan. Setidaknya, semua nilai-nilai universal kebaikan
yang dianut masyarakat luas terintergrasi dalam diri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar