“KITA harus rebut itu pemimpin, tentu dengan cara-cara yang
elegan, legal dan konstitusional”.
Demikian celetus salah seorang teman dalam diskusi tentang kepemimpinan
anak-anak muda beberapa waktu lalu di Labuan Bajo. Pernyataan spontan dari
rekan diskusi itu, mengingatkan saya pada kata-kata bijak dari tokoh-tokoh
ternama. Soekarno, Presiden RI misalnya “bawakan saya sepeluh anak-anak muda,
niscaya saya akan menggunangkan dunia”. Hal senada juga pernah di ungkapkan
Hasan Al-Banna, tokoh sekaligus pendiri
Gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir“ Pemuda adalah mata air peradaban yang
mengalir dalam darah rakyat”. Ini juga pernah di sampaikan Umar Bin Khatab, Khalifah Khulafaurasydiin yang ke II, dalam
sebuah ungkapannya yang sangat fenomenal “ Jika saya menemukan masalah-masalah
yang besar, maka saya akan panggil anak-anak muda”.
Tapi pertanyaanya kemudian adalah, apakah generasi tua legowo dan dengan suka rela memberikan
tongkat estafet kepemimpinan itu kepada anak-anak muda?. Saya tidak pada posisi untuk menjawab
pertanyaan diatas. Tapi sejauh pengamatan saya, kelihatannya generasi tua
enggan untuk melepaskan posisi kepemimpinan kepada anak-anak muda. Alasan yang
kerap mereka sampaikan adalah, anak-anak muda masih miskin pengalaman, masih
labil dan masih emosional. Bagi anak-anak muda alasan tersebut tidak lebih dari
upaya generasi tua untuk menteror anak-anak muda secara psikologis. Dalam hemat
saya, akar persoalan yang sebenarnya adalah bukan pada meragukan kemampuan anak-anak muda, tapi inti
permasalahannya adalah tidak di berinya ruang yang luas bagi anak-anak muda
untuk berkarya dan memimpin.
Anak-anak muda adalah harapan bangsa,
harapan negara dan juga harapan agama. Setidaknya ada beberapa faktor kenapa
kemudian harapan-harapan itu bertumpu pada anak-anak muda. Pertama, puncak
idealisme intelektual ada pada usia anak-anak muda. Kedua, puncak kekuatan
fisik ada pada anak-anak muda. Ketiga, jiwa patriotisme ada pada anak-anak
muda. Keempat, semangat yang menggelora
juga ada pada anak-anak muda. Akumulasi dari idealisme intelektual, fisik yang
kuat, jiwa patriotisme dan semangat yang
membara ini, tentu akan melahirkan
sebuah kekuatan yang mega dahsyat bagi kepemimpinan
anak-anak muda. Disinilah sebetulnya yang membedakan kepemimpinan anak-anak
muda dengan generasi tua. Masihkah kita menaruh harapan kepada generasi tua
yang sudah uzur kepemimpinanya ? Sementara stok kepemimpinan anak-anak muda
masih banyak. !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar