MEMBANGUN daerah dan umat tidak mesti harus berada di daerah atau bahkan
berada di tengah-tengah ummat. Ia juga bisa di lakukan oleh tokoh-tokoh
ummat yang kini berada di perantuan. Peran-peran intelektual mereka,
pemikiran-pemikiran mereka sangat di harapkan oleh umat di daerah. Ada
begitu banyak tokoh-tokoh Islam potensial Manggarai Barat yang kini
tengah berada di perantuan yang belum dimaksimalkan kontribusinya untuk
membangun umat di daerah. Lemahnya peran-peran tokoh perantuan untuk
membangun umat disebabkan adanya sumbatan komunikasi antara mereka
dengan tokoh-tokoh Islam yang ada didaerah. Disconecting komunikasi ini
lebih disebabkan karena adanya ego pribadi dan ego sektoral dari
tokoh-tokoh yang ada didaerah. Dan ego pribadi dan ego sektoral ini
dalam pandangan saya disebabkan lemahanya ukhuwah dan silaturahim antara
tokoh-tokoh tersebut.
Dalam konteks politik juga misalnya, nyaris tidak adanya komunikasi
yang intensif antara tokoh-tokoh perantuan dengan partai-partai Islam
yang ada di daerah. Kalaupun ada, itu hanya di lakukan menjelang
pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah. Padahal idelanya komunikasi
yang dibangun adalah bukan bersifat temporal dan sesaat, tapi ia lebih
bersifat permanen dan berkesinambungan. Kondisi inilah yang menyebabkan
lemahnya sharing ide-ide, sharing gagasan-gagasan, dan sharing
langkah-langkah strategis dan teknis untuk menginventarisir persoalan
umat untuk kemudian di carikan langkah-langkah solutif yang
konstruktif.
Cita-cita besar untuk menghantarkan kader muslim untuk duduk di kursi
legislatif dan ekskutif di daerah akan menjadi diskusi kusir,
perbincangan sia-sia dan dan tak bermanfaat, jika tokoh perantauan,
tokoh masyarakat di daerah dan partai islam sebagai kendaraaan politik
tidak pernah melakukan sharing ide-ide, sharing gagasan-gagasan dan
sharing pengetahuan untuk membangun ummat. Saya, dan semua kita tentu
berharap bahwa tiga simpul kekuatan ummat tersebut dari sekarang harus
membangun komunikasi yang intesif dan berkelanjutan.
Kalau sudah ada kesamaan pandangan, persamaan persepsi dalam memandang
persoalan umat dari tokoh perantau, tokoh yang ada daerah dan partai
Islam. Maka langkah selanjutnya yang mesti di lakukan adalah
mensosialisasikan kesamaan pandangan, persamaan persepsi tersebut
kepada umat. Dan sarana yang paling efektif yang diharapkan untuk
mensosialisasikannya adalah peran-peran lembaga-lembaga Islam, seperti
MUI, LPTQ, ormas-ormas Islam dan seterusnya. Dan kalau tokoh-tokoh umat
dan partai Islam sudah duduk bersama dan seia sekata, maka yakinlah
bahwa umat pada tataran grass root hanya mengamininya saja. Dan ini lah
yang kita katakan perubahan dengan pola pendekatan top-down.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar