Kamis, 16 Februari 2012

Bercermin Kepada Mohammad Natsir


Siapa yang tidak kenal Mohammad Natsir. Ia adalah guru  bangsa yang pernah di miliki umat Islam. Ia adala tokoh umat yang tak pernah gentar di medan perjuangan. Ia tidak hanya dikenal di negerinya sendiri, ia juga dikenal di dunia  Islam dan juga dunia internasional.  Karena idealismenya terhadap Islam, Seokarno menudingnya pemberontak. Seoharto menyebutnya pembangkang. Kelompok liberal menyebutnya sekuler. Namun, itu semua tak mengubah sikap dan pendiriannya dalam memperjuangkan Islam. Ia adalah orator ulung, ia adalah penulis hebat, ia adalah diplomat sejati, dan ia juga adalah pejuang yang tangguh.

Mohammad Natsir adalah model dan refrensi bagi ummat saat ini. Pemimpin umat Manggarai Barat setidaknya harus bercermin kepada karekter perjuangan Mohammad Natsir. Satu hal yang mesti kita lihat dari kepribadian Mohammad Natsir dalam perjuanganya adalah bahwa, ia membangun argumentasi intelektualnya dengan menulis. Perdebatan intelektual melalui media dengan Soekarno kerap kali ia lakukan. Pertanyaannya kemudian adalah, Apakah pemimpin Manggarai Barat masa depan diharuskan memiliki kemampuan untuk menulis disamping kemampuan komunikasi publik?. jawabanya Iya. Karena begitu banyak pemimpin ummat yang kita jumpai di Manggarai Barat, tidak mempunyai kemampun untuk mengkomunkiasikan bahasa perjuangan dengan menulis.  Menulis adalah salah satu sarana perjuangan yang paling efektif untuk membangun kesadaran ummat, dari tidurnya yang panjang.

Kemampuan menulis tentu tidak lahir seketika. Tapi, ia adalah akumulasi dari sebuah proses latihan yang panjang. Dan ia memiliki korelasi yang kuat dengan membaca. Suatu saat, saya pernah bertanya kepada dosen saya” Bagaimana caranya supaya menjadi penulis yang hebat ?, ketika ia mengajarkan mata kuliah Menulis. Dengan sederhana, Doktor jebolan Australia itu mengatakan “jika kamu ingin kencing yang banyak, banyak-banyaklah minum air”. Artinya bahwa, jika pemimpin Manggarai Barat ingin menjadikan tulisan sebagai salah satu sarana perjuangan, maka sang pemimpin harus banyak melahap buku-buku berkualitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar